Minggu, 27 Desember 2009

Memperingati Lima Tahun Tsunami Aceh

JAKARTA, KOMPAS.com - Hari Sabtu (26/12/2009) ini, warga Indonesia memeringati lima tahun Tsunami Aceh yang sempat meluluhlantakkan wilayah di utara Sumatra tersebut. Mantan anggota Komisi II Ferry Mursyidan Baldan mengatakan, pemerintah maupun para anggota parlemen di pusat dan Aceh perlu memelihara semangat damai, membangun mekanisme konflik resolusi, membangun sistem pemerintahan yang terbuka dan partisipatif, serta menyusun "Blue Print" pembangunan Aceh 20 tahun ke depan.
"Blue print ini harus merupakan hasil musyawarah segenap elemen masyarakat, yang akan menjadi guidence tentang langkah dan kebijakan di Aceh dengan prioritas program pembangunan infrastrukrur, pengentasan kemiskinan, pengembangan kehidupan ekonomi rakyat, peningkatan fasilitas kesehatan, dan pengembangan pendidikan," ujar Ferry kepada Kompas.com, Sabtu (26/12).
Menurut Ferry, hal ini sangat penting dilakukan. Ditambahkannya, setiap tanggal 26 Desember jangan hanya menjadi sekadar hari peringatan, tetapi menjadi hari melakukan evaluasi terhadap kemajuan dan kesejahteraan Aceh.
"Momentum ini penting sehingga kesadaran yang mesti tetap terpelihara adalah semangat untuk menatap Aceh ke depan, dan kuburlah peristiwa hitam dan pahit masa lalu." tambahnya.
Setiap tanggal 26 Desember, masyarakat memang selalu mengenang musibah tsunami. Peringatan ini tidak hanya dilakukan di Aceh, tetapi juga di kota-kota lainnya di Indonesia, seperti Jakarta. Peristiwa tsunami setidaknya membuat bangsa Indonesia menjadi lebih peduli membangun sistem penanggulangan bencana. Selain itu, muncul pula kepedulian yang luar biasa dari masyarakat Indonesia terhadap warga Aceh. (HIN).
Sangat menyedihkan sekali tragedi tsunami di Aceh yang memakan korban 50% dari kota tersebut. Saya sangat sedih apabila saya merasakan seperti itu. masyarakat Aceh masih tetap kokoh dan semangat menghadapi itu semua.

Minggu, 13 Desember 2009

Definisi IPTEK Lingkungan Dan Pembangnan

Definisi IPTEK Lingkungan adalah Ilmu yang mempelajari tentang Teknologi Lingkungan. Dalam hal ini kita membicarakan tentang Bioteknologi. dalam Perkembangan Iptek disamping bermanfaat untuk kemajuan hidup Indonesia juga memberikan dampak positif. Hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan IPTEK untuk menekan dampaknya seminimal mungkin, antara lain :

Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi molekular, mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.

Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara negara maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal rekayasa genetika, kultur jaringan, rekombinan DNA, pengembangbiakan sel induk, kloning, dan lain-lain. Teknologi ini memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS. Penelitian di bidang pengembangan sel induk juga memungkinkan para penderita struk ataupun penyakit lain yang mengakibatkan kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh dapat sembuh seperti sediakala. Di bidang pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan rekombinan DNA, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul karena mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan. Penerapan bioteknologi di masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru. Kemajuan di bidang bioteknologi tak lepas dari berbagai kontroversi yang melingkupi perkembangan teknologinya. Sebagai contoh, teknologi kloning dan rekayasa genetika terhadap tanaman pangan mendapat kecaman dari bermacam-macam golongan.

Referensi :

www.wikipedia.com

www.google.com

www.kompas.com

Jumat, 04 Desember 2009

Hubungan Lingkungan Dan Pembangunan Yang Berkelanjutan

Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya alam, yang berupa tanah, air dan udara dan sumberdaya alam yang lain yang termasuk ke dalam sumberdaya alam yang terbarukan maupun yang tak terbarukan. Namun demikian harus disadari bahwa sumberdaya alam yang kita perlukan mempunyai keterbatasan di dalam banyak hal, yaitu keterbatasan tentang ketersediaan menurut kuantitas dan kualitasnya. Sumberdaya alam tertentu juga mempunyai keterbatasan menurut ruang dan waktu. Oleh sebab itu diperlukan pengelolaan sumberdaya alam yang baik dan bijaksana. Antara lingkungan dan manusia saling mempunyai kaitan yang erat. Ada kalanya manusia sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya, sehingga aktivitasnya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya.

Keberadaan sumberdaya alam, air, tanah dan sumberdaya yang lain menentukan aktivitas manusia sehari-hari. Kita tidak dapat hidup tanpa udara dan air. Sebaliknya ada pula aktivitas manusia yang sangat mempengaruhi keberadaan sumberdaya dan lingkungan di sekitarnya. Kerusakan sumberdaya alam banyak ditentukan oleh aktivitas manusia. Banyak contoh kasus-kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah serta kerusakan hutan yang kesemuanya tidak terlepas dari aktivitas manusia, yang pada akhirnya akan merugikan manusia itu sendiri.

Pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak dapat terhindarkan dari penggunaan sumberdaya alam; namun eksploitasi sumberdaya alam yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan. Banyak faktor yang menyebabkan kemerosotan kualitas lingkungan serta kerusakan lingkungan yang dapat diidentifikasi dari pengamatan di lapangan, oleh sebab itu dalam makalah ini dicoba diungkap secara umum sebagai gambaran potret lingkungan hidup, khususnya dalam hubungannya dengan pengelolaan lingkungan hidup di era otonomi daerah..

Selasa, 01 Desember 2009

Hubungan Pencemaran Dan Kerusakan Lingkungan Dengan Pembangunan

Perkembangan zaman saat ini banyak masalah yang dihadapi, diantaranya pencemaran lingkungan yang di lakukan oleh setiap manusia. Lalu kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh perilaku manusia. Perkembangan lingkungan memerlukan waktu jangka panjang. Banyak komponen lingkungan adalah milik umum (common property) seperti laut, udara, angin dan air. Manfaat dan kerugian lingkungan berada di luar perhitungan (externality) biaya manfaat perusahaan. Lingkungan tunduk kepada hukum alam seperti keterkaitan keanekaragaman yang tidak masuk perhitungan ekonomi pasar, tetapi ketiadaan fungsi alam ini menimbulkan distorsi ekonomi.Kira-kira 250.000 ton limbah industri telah dibuang selama tahun 1990 dan diperkirakan menigkat menjadi 1,2 juta ton pada tahun 2010, termasuk 1 juta ton zat beracun seperti logam berat, petisida dan senyawa organic yang sangat toksik dan persisten di lingkungan.

Untuk pulau Jawa, apabila tidak terdapat kebijaksanaan penyebaran industri ke luar pulau Jawa, maka emisi total yang ada sekarang di pulau Jawa akan meningkat 6 (enam) kali lipat pada tahun 2010. Diperkirakan juga apabila tidak terdapat kebijaksanaan nyata untuk mengatasi keadaan ini, pada tahun 2010 sekitar 85% dari korban infeksi saluran pernapasan (inflammation of the respiratory tract) akan terdapat di pulau Jawa, dan hanya 15% di luar Jawa, khususnya di Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, dan Bali.Untuk itu perlu adanya penegakkan hukum lingkungan dan pengenaan sanksi bagi industri yang bterbukti mencemari lingkungan.

Kesadaran Lingkungan Dalam Pembangunan

Di zaman sekarang ini tingkat kesadaran lingkungan terhadap pembangunan tidak bisa di kontrol lagi, Kesadaran individu dalam pembangunan mengenai lingkungan hidup dan kelestariannya merupakan hal yang amat penting dewasa ini di mana pencemaran dan perusakan lingkungan merupakan hal yang sulit dihindari. Kesadaran masyarakat yang terwujud dalam berbagai aktifitas lingkungan maupun aktifitas kontrol lainnya adalah hal yang sangat diperlukan untuk mendukung apa yang dilakukan pemerintah melalui kebijakan-kebijakan penyelamatan lingkungannya.


Kesadaran terhadap lingkungan tidak hanya bagaimana menciptakan suatu yang indah atau bersih saja, akan tetapi ini sudah masuk pada kewajiban manusia untuk menghormati hak-hak orang lain. Hak orang lain tersebut adalah untuk menikmati dan merasakan keseimbangan alam secara murni. Sehingga kegiatan-kegiatan yang sifatnya hanya merusak saja, sebaiknya dihindari dalam perspektif ini. Oleh karena itu, tindakan suatu kelompok yang hanya ingin menggapai keuntungan pribadi saja sebaiknya juga harus meletakkan rasa toleransi ini.

Keberlanjutan Pembangunan

Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan lingkungan yang berprinsip "memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan". Pembangunan berkelanjutan adalah salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.

Pembangunan berkelanjutan tidak saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas daripada itu, pembangunan berkelanjutan mencakup tiga lingkup kebijakan: pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan. menyebut ketiga hal dimensi tersebut saling terkait dan merupakan pilar pendorong bagi pembangunan berkelanjutan.

Pembangunan Hijau pada umumnya dibedakan dari pembangunan bekelanjutan, dimana pembangunan Hijau lebih mengutamakan keberlanjutan lingkungan di atas pertimbangan ekonomi dan budaya. Pendukung Pembangunan Berkelanjutan berargumen bahwa konsep ini menyediakan konteks bagi keberlanjutan menyeluruh dimana pemikiran mutakhir dari Pembangunan Hijau sulit diwujudkan. Sebagai contoh, pembangunan pabrik dengan teknologi pengolahan limbah mutakhir yang membutuhkan biaya perawatan tinggi sulit untuk dapat berkelanjutan di wilayah dengan sumber daya keuangan yang terbatas.

Selasa, 24 November 2009

Kerusakan Lingkungan di Bali

Kerusakan lingkungan hidup di Pulau Dewata semakin meluas selama 10 tahun terakhir seperti abrasi mencapai 20 persen dari total panjang pantai, lahan kritis mencapai lebih dari 55.000 hektar, hingga naiknya suhu udara mencapai 33 derajat celsius. Penyebab kerusakan ini diperkirakan antara lain dampak dari pembangunan pariwisata sejak 1970-an yang kian tak terkontrol sampai sekarang di seluruh wilayah Bali.
Karenanya, Pemerintah Provinsi Bali didesak segera menyusun aksi mencegah kerusakan tidak semakin parah. Selain itu, aksi ini juga diharapkan mampu menghadapi percepatan perubahan iklim secara menyeluruh.
Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali Gede Putu Wardana mengatakan, di Denpasar, Kamis (18/12), membenarkan adanya kerusakan tersebut dan tengah menyusun bersama beberapa agenda penanganan keterancaman lingkungan di Bali. Rencana jangka panjang akan segera disusun dan dilaksanakan mulai 2009 hingga 2050.
Untuk jangka pendeknya kami laksanakan mulai 2009 hingga 2014 antara lain reboisasi hutan, penanganan abrasi pantai, penghijuan kota untuk daerah resapan air. Ini juga melibatkan b eberapa bidang, yakni bidang kehutanan dan pertanian, bidang infrastruktur, bidang perindustrian, serta bidang perhubungan," kata Wardana.
Berdasarkan data Balai Wilayah Sungai Bali-Penida Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum, suhu udara di Bali pada bulan November 2008 mencapai 32-33 derajat celcius. Sebelumnya suhu udara tercatat rata-rata berkisar 28-30 derajat celcius. Sementara tinggi permukaan air laut juga mengalami kenaikan permukaan air laut hingga 50 sentimeter dan hampir di semua pantai di Bali.
Sejumlah contoh kerusakan lainnya adalah tererosinya panjang pantai pada 1987 tercatat 51.950 kilometer. Hingga akhira 2008 ini balai mencatat penambahan erosi mencapai 91.070 kilometer atau 20 persen dari total panjang pantai di Bali 436.500 kilometer. Begitu juga intrusi air laut di sejumlah kawasan wisata sudah mencapai lebih dari lebih dari enam meter dari pantai ke darat. Bali adalah salah satu objek wisata yang sangat indah dan menarik banyak wisatawan untuk berkunjung. Kelestarian lingkungan di Bali harus kita tetap jaga supaya tidak menjadikan lingkungan yang kumuh dan tercemar.


www.kompas.com
www.google.com

Permasalahan Lingkungan Tempat Tinggal di Jakarta

Masalah kualitas lingkungan terutama di Jakarta memang seperti menegakkan benang basah, bisa dilakukan tetapi harus dengan usaha dan akal serta pengetahuan (teknologi).

Kesemuanya harus dilakukan bersamaan agar hasil yang diperoleh menjadi maksimum. Sebagai warga serba dilematis, sudah bayar pajak dan retribusi tapi kualitas lingkungan tetap buruk, namun jangan lupa jumlah penduduk yg membayar mungkin hanya 30-50%, yang lain penduduk miskin, yang cuma mampu untuk beli makan mungkin hanya sekali sehari.

Jadi bagaimana kita mengatasi masalah, saran saya mulailah dari diri sendiri dulu, lalu ajak teman/tetangga kanan kiri baru meluas ke rt/rw, kelurahan, kecamatan, dan semua harus dilakukan dengan ikhlas, tanpa pamrih atau dalih apapun.

Misal untuk sampah, mengapa kita yang relatif melek ilmu tidak mencoba membudayakan pengomposan skala kecil di rt/rw dahulu? dana bisa saweran warga, hasilnya bisa dinikmati semua warga, bahkan tukang sampah pun dapat tambahan.

Misal lagi untuk listrik pengolah kompos, bisa digunakan PLTS (pembangkit listrik tenaga surya) mini yang harganyapun terjangkau atau juga genset tapi dengan BBN (bahan bakar nabati) campuran solar/bensin dengan minyak sawit/ethanol, selain hemat energi fosil tentunya bebas polusi sebagaimana yang kita inginkan.

Misal lagi membuat sumur-sumur resapan berukuran 0,5 x 0,5 x 2 m di pojok2 rumah masing-masing, yang berfungsi menampung air hujan agar masuk ke tanah sehingga menyelamatkan ketersediaan air bersih disamping sebagai upaya pencegahan banjir. Bila ada ada baiknya di tiap perumahan membuat 1 buah waduk/kolam kecil berukuran minimal 15 x 15 x 10 m, selain untuk menampung air limbah dan mencegah banjir, juga bisa dijadikan tempat budidaya ikan air tawar dan pemancingan.

Begitu pula penghijauan lingkungan, dapat dimulai dengan meminta warga menanam minimal 2 tanaman buah di rumah, bibit bisa minta dari Pemda DKI, setau saya gratis.

Untuk peralatan pengolah sampah hingga PLTS bisa dimintakan infonya di BPPT Thamrin no.8, karena kesemua itu sudah bertahun2 dikembangkan dan diaplikasikan diberbagai lapisan masyarakat, tentunya dengan pembiayaan dari masyarakat karena pemerintah tidak bisa mendanai institusi litbang terus menerus. Begitupun tanaman dapat dimintakan ke dinas pertamanan DKI di merdeka timur.

Permasalahan lingkungan di Jakarta memang belum menemukan titik terang, tetapi kita hanya bisa bagaimana mengantisipasinya. Jadi, bagaimana Bapak Ibu, kita mulai hari ini memotivasi diri dan lingkungan kita menuju sesuatu yang lebih baik atau kita hanya berdiam diri atau memarahi dan menghujat orang lain tidak becus bekerja.

www.wikipedia.com

www.kompas.com

Rabu, 11 November 2009

Kemiskinan Dan Keterbelakangan

Secara sosiologis, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan ditentukan oleh tiga faktor; yakni kesadaran manusia, struktur yang menindas, dan fungsi struktur yang tidak berjalan semestinya. Dalam konteks kesadaran, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan biasanya merujuk pada kesadaran fatalistik dan menyerah pada "takdir". Suatu kondisi diyakini sebagai pemberian Tuhan yang harus diterima, dan perubahan atas nasib yang dialaminya hanya mungkin dilakukan oleh Tuhan. Tak ada usaha manusia yang bisa mengubah nasib seseorang, jika Tuhan tak berkehendak. Kesadaran fatalistik bersifat pasif dan pasrah serta mengabaikan kerja keras.
Kesadaran ini tampaknya dimiliki sebagian besar masyarakat Indonesia, sehingga kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan diterima sebagai takdir yang tak bisa ditolak. Bahkan, penerimaan terhadap kondisi itu merupakan bagian dari ketaatan beragama dan diyakini sebagai kehendak Tuhan.
Kesadaran keberagamaan yang fatalistik itu perlu dikaji ulang. Pasalnya, sulit dipahami jika manusia tidak diberi kebebasan untuk berpikir dan bekerja keras. Kesadaran fatalistik akan mengurung kebebasan manusia sebagai khalifah di bumi. Sementara sebagai khalifah, manusia dituntut untuk menerapkan ajaran dalam konteks dunia dan akhirat. Oleh karena itu, kemiskinan dan kebodohan, wajib diubah. Bahkan, kewajiban itu adalah bagian penting dari kesadaran manusia.
Faktor penyebab lain yang menyebabkan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan karena otoritas struktural yang dominan. Kemiskinan, misalnya, bisa disebabkan oleh ulah segelintir orang di struktur pemerintahan yang berlaku tidak adil. Kemiskinan yang diakibatkan oleh problem struktural disebut "kemiskinan struktural". Yaitu kemiskinan yang sengaja diciptakan oleh kelompok struktural untuk tujuan-tujuan politik tertentu. Persoalan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan juga disebabkan karena tidak berfungsinya sistem yang ada. Sebab orang-orang yang berada dalam sistem tidak memiliki kemampuan sesuai dengan posisinya. Akibatnya sistem berjalan tersendat-sendat, bahkan kacau. Kesalahan menempatkan orang tidak sesuai dengan kompetensinya (one man in the wrong place) bisa mengakibatkan kondisi bangsa ini menjadi fatal.
Kondisi masyarakat Indonesia yang masih berkubang dalam kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan, jelas berseberangan dengan prinsip-prinsip fitrah manusia. Fitrah manusia adalah hidup layak, berpengetahuan, dan bukan miskin atau bodoh. Untuk mengentaskan masyarakat Indonesia dari kubangan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan, pemerintah perlu mengambil kebijakan strategis. Kebijakan strategis tersebut membutuhkan suatu jalur yang dipandang paling efektif. Dalam konteks inilah penulis berpendapat bahwa pendidikan merupakan satu-satunya jalur paling efektif untuk mengentaskan seluruh problem sosial di Indonesia.
Meskipun persoalan kemiskinan bisa saja disebabkan karena struktur dan fungsi struktur yang tidak berjalan, akan tetapi itu semua mengisyaratkan pada faktor manusianya. Struktur jelas buatan manusia dan dijalankan oleh manusia pula. Jadi, persoalan kemiskinan yang bertumpu pada struktur dan fungsi sistem jelas mengindikasikan problem kesadaran manusianya. Dengan demikian, agenda terbesar pendidikan nasional adalah bagaimana merombak kesadaran masyarakat Indonesia agar menjadi kritis.
Mari kita berantas kemiskinan dan keterbelakangan, supaya bangsa ini bisa lebih maju.

Selasa, 10 November 2009

Pertumbuhan Penduduk Dan Kelaparan

Sebagian besar kasus kekurangan gizi terjadi di negara berkembang Satu milyar orang di seluruh dunia mengalami kelaparan, naik sekitar 100 juta karena krisis keuangan dunia, demikian menurut PBB. Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) mengatakan angka itu merupakan data tertinggi selamaini. Naiknya harga bahan pangan juga menyebabkan krisiskelaparan. Direktur jendral FAO mengatakan tingginya angka kelaparan, seperenam dari penduduk dunia, merupakan "resiko serius" bagi perdamaian dan keamanan dunia.
PBB mengatakan hampir semua kasus kekurangan gizi terjadi di negara berkembang, dan sebagian besar, sekitar 642 juta jiwa, tinggal dikawasan Asia-Pasifik. Di kawasan Sahara Afrika,data kekurangan gizi mencapai 265 juta. Di Negara maju, angka kekurangan giji mencapai 15 juta”.

Krisis kelaparan yang tidak terdengar, dan melanda seperenam penduduk dunia, merupakan resiko besar bagi perdamaian dan keamanan dunia," kata Jacques Diouf.
"Kai mendesak agar ada konsensus untuk menangani masalah kelaparan dunia ini segera".
'Kontradiksi'
Peningkatan jumlah orang yang kelaparan karena turunnya pendapatan, dan meningkatnya pengangguran, yang pada akhirnya mengurangi makan keluarga miskin, kata. Badan PBB itu. Namun angka itu sangat kontras karena bukti menunjukkan sebagian besar Negara maju justru bertambah kaya.


Kelaparan Dunia
Asia-Pasifik: 642juta
Sub-Sahara Afrika: 265 juta
Amerika Latin dan Karibia: 53 juta
Timur Tengah dan Afrika Utara: 42 juta
Negara maju: 15 juta
FAO

"Inilah untuk pertamakalinya dalam sejarah manusia, begitu banyak orang yang kelaparan di dunia," kata juru bicara FAO Kostas Stamoulis, direktur bagian pembangunan.
Diouf mendesak agar pemerintah-pemerintah di seluruh dunia memberikan bantuan pembangunan untuk mendorong pertanian, khususnya petani kecil.
"Penanaman modal dalam pertanian harus ditingkatkan karena di sebagian besar negara miskin, sektor pertanian penting untuk mengatasi kemiskinan dan kelaparan, dan merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi,".

Pertumbuhan Penduduk Dan Penyakit Yang Berkaitan Dengan Lingkungan Hidup

Kemampuan manusia untuk mengubah atau memoditifikasi kualitas lingkungannya tergantung sekali pada taraf sosial budayanya. Masyarakat yang masih primitif hanya mampu membuka hutan secukupnya untuk memberi perlindungan pada masyarakat. Sebaliknya, masyarakat yang sudah maju sosial budayanya dapat mengubah lingkungan hidup sampai taraf yang irreversible. Prilaku masyarakat ini menentukan gaya hidup tersendiri yang akan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan yang diinginkannya mengakibatkan timbulnya penyakit juga sesuai dengan prilakunya tadi. Dengan demikian eratlah hubungan antara kesehatan dengan sumber daya social ekonomi. WHO menyatakan “Kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental dan sosial serta bukan hanya merupakan bebas dari penyakit”.Dalam Undang Undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan. Dalam Bab 1,Pasal 2 dinyatakan bahwa “Kesehatan adalah meliputi kesehatan badan (somatik),rohani (jiwa) dan sosial dan bukan hanya deadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan”. Definisi ini memberi arti yang sangat luas pada kata kesehatan. Keadaan kesehatan lingkungan di Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapaat perhatian, karena menyebabkan status kesehatan masyarakat berubah seperti: Peledakan penduduk, penyediaan air bersih, pengolalaan sampah, pembuangan air limbah penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah pemukiman, pelayanan kesehatan, ketersediaan obat, populasi udara, abrasi pantai,penggundulan hutan dan banyak lagi permasalahan yang dapat menimbulkan satu model penyakit.
Jumlah penduduk yang sangat besar 19.000 juta harus benar-benar ditangani masalah.pemukiman sangat penting diperhatikan. Pada saat ini pembangunan di sektor perumahan sangat berkembang, karena kebutuhan yang utama bagi masyarakat. Perumahan juga harus memenuhi syarat bagi kesehatan baik ditinjau dari segi bangungan, drainase, pengadaan air bersih, pentagonal sampah domestik uang dapat menimbulkan penyakit infeksi dan ventilasi untuk pembangunan asap dapur. Indonesia saat ini mengalami transisi dapat terlihat dari perombakan struktur ekonomi menuju ekonomi industri, pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi yang meningkatkan jumlahnya, maka berubahlah beberapa indikator kesehatan seperti penurunan angka kematian ibu, meningkatnya angka harapan hidup ( 63 tahun ) dan status gizi. Jumlah penduduk terus bertambah, cara bercocok tanam tradisional tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Dengan kemampuan daya pikir manusia, maka manusia mulai menemukan mesin-mesin yang dapat bekerja lebih cepat dan efisien si dari tenaga manusia.

Pertumbuhan Penduduk Dan Tingkat Pendidikan

Pertumbuhan penduduk yang relatif (masih) tinggi ini merupakan suatu masalah yang terus diupayakan pengendalian pertumbuhannya. Hal ini, jika tidak dilakukan sedini mungkin, akan berpengaruh terhadap mutu kehidupan yang kian hari makin merosot. Salah satu hal yang dilakukan yaitu melalui program Keluarga Berencana dengan berbagai caranya yaitu penggunaan alat-alat kontrasepsi. Namun berbagai hambatan baik berupa agama, adat dan alasan ekonomi turut berperan; walaupun tujuan program ini sangat penting dalam menunjang meningkatnya taraf hidup keluarga.

Salah satu langkah yang penting guna menunjang dan menyadarkan penduduk tentang tujuan program keluarga berencana, yaitu melalui pendidikan. Sebab pada prinsipnya bahwa pendidikan selalu membawa penduduk ke arah perubahan pemikiran yang positif dalam menunjang pembangunan, yaitu peningkatan taraf hidup penduduk guna mencapai tujuan pembangunan nasional.

Pendidikan sangat penting karena untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Dengan adanya pertumbuhan dan tingkat pendidikan kita bisa mengetahui seberapa jauh tingkat pemikiran kita tentang pendidikan. Dengan demikian, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat (derajad) antara tingkat pendidikan penduduk dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi.

Pertambahan Penduduk Dan Lingkungan Pemukiman

Surabaya sebagai kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia, merupakan pusat pertumbuhan orde pertama yang telah menjadi “magnet” terkuat bagi penduduk di daerah penyangga (hinterland), terutama daerah perdesaan sekitar kota tersebut. Keberadaan Kota Surabaya tersebut merupakan bagian dari daerah perkotaan (urban) di Indonesia, khususnya di P.Jawa. Secara makro, pertumbuhan penduduk perkotaan di P.Jawa terus berkembang sehingga Jawa telah dijuluki sebagai urban island. Mereka datang ke Kota Surabaya karena di tempat tersebut banyak pilihan untuk memperoleh berbagai kesempatan dalam upaya memperbaiki kehidupannya. Mereka datang ke Kota Surabaya dengan berbagai motif, meskipun motif ekonomi adalah unsur yang paling dominan. Mereka mempunyai persepsi dan harapan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada di daerah asal, terutama perdesaan. Meskipun demikian, pesatnya pertumbuhan penduduk Kota Surabaya selain disebabkan oleh proses migrasi, juga karena pertambahan alami. Kota Surabaya itu sendiri telah berkembang dalam proses interaksi dari komponen keadaan penduduk, teknologi, lingkungan dan organisasi perkotaan sehingga telah melahirkan “ ecological urban complex”.

Sejalan dengan kondisi yang demikian maka di Kota Surabaya, seperti halnya kota-kota metropolitan yang lain, muncul kamajemukan masyarakat. Sebagian dari sekmen masyarakat yang majemuk tersebut adalah penduduk yang tinggal di daerah perkampungan kumuh baik yang legal maupun yang ilegal. Penduduk yang bermukim di kampung yang ilegal lazim disebut penduduk liar atau penduduk spontan atau squatters. Hal tersebut telah menjadi fenomena sosial yang universal, artinya telah terjadi di banyak negara. Keberadaan masyarakat kumuh tersebut merupakan realita sosial yang tidak dapat dihilangkan, sepanjang penduduk daerah penyangga Kota Surabaya masih hidup dalam kondisi marginal atau telah terjadi proses ketimpangan dalam kehidupan sosial-ekonomi. Pembangunan investasi yang bergerak pesat telah terjadi di Surabaya sehingga telah memperlebar jurang ketimpangan dengan kondisi sosial-ekonomi daerah perdesaan. Oleh karena itu ketimpangan tersebut telah menimbulkan proses migrasi , antara lain penduduk non-permanen pada strata sosial-ekonomi bawah.

Oleh karena itu keberadaan penduduk marginal di lingkungan permukiman kumuh Kota Surabaya merupakan suatu keniscayaan, dan tidak perlu dipertentangkan dengan upaya pemerintah daerah Kota Surabaya yang ingin meningkatkan keindahan dan kenyamanan lingkungan kota. Pemerintah Kota Surabaya tidak dapat melarang seseorang yang ingin bermigrasi, karena hak asasi manusia telah melindunginya, walaupun mereka seharusnya mematuhi perundang-undangan yang berlaku dan menghormati nilai-nilai yang hidup pada masyarakat Kota Surabaya. Dalam hal ini kegiatan penduduk marginal di permukiman kumuh dapat dilihat sebagai sub-sistem dari sistem perkotaan Surabaya. Penduduk migran non-permanen yang bermukim di daerah kumuh antara lain berada di Kelurahan Putat Gede, Kelurahan Tg.Sari, Kelurahan Suko Manunggal, Kelurahan Pacar Keling, Kelurahan Kr.Pilang dan Kelurahan Waru Gunung, cenderung didominasi oleh penduduk dari daerah perdesaan sekitar Kota Surabaya seperti Bangkalan, Gresik, Lamongan dan Mojokerto, meskipun mereka banyak pula yang datang dari daerah lain, bahkan dari luar provinsi Jawa Timur.

Referensi :

www.google.com

www.wikipedia.com

www.wordpress.com

www.kiva.com

Bondan Soedharto

Suko Bandiyono




Selasa, 20 Oktober 2009

Rekayasa Kedelai Transgenik

Rekayasa Kedelai Transgenik
Pangaea kedelai transgenik bebas beredar di pasaran Indonesia. Bukan karena rasanya yang enak atau murahnya, namun ketiadaan peraturan dan petunjuk teknis dianggap sebagai legitimasi beredarnya produk ini. Meski tanpa adanya tekanan dari para petani lokal.
Adalah Indonesia, yang selama ini menjadi negara konsumen pangan hasil rekayasa genetika ini. Berdasarkan hasil penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) sejak tahun 2001, 2002, dan 2005, terhadap beberapa produk diantaranya panganan yang selama ini merupakan menu kegemaran para konsumen warteg alias 'warung tegal', tahu dan tempe. Dari kedua panganan itu ditemukan kandungan kedelai yang merupakan hasil rekayasa genetika.
"Dikhawatirkan, jangan-jangan kedelai itu membuat konsumen keracunan dan gatal-gatal karena sudah disisipi gen bakteri dalam inti selnya. Alergi timbul karena ada protein baru yang terbentuk dalam biji kedelai transgenik. Protein baru ini masih asing bagi konsumen protein kedelai biasa," jelas Ilyani S. Andang, peneliti dari Departemen Riset YLKI.
Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 21 tahun 2005 tentang keamanan hayati produk rekayasa genetika, disebutkan sebelum produk beredar, perlu diberlakukan pengkajian resiko dan pengujian terlebih dahulu. Yang meliputi teknik perekayasaan, efikasi dan persyaratan keamanan hayati. Untuk proses itu, peraturan pemerintah tadi juga sudah menunjuk Tim Teknis Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan (TTKHKP) di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Namun sampai sekarang, tim ini belum juga terbentuk. Sehingga produk rekayasa genetika bebas beredar di pasaran.
Pangan yang mengandung materi rekayasa genetika menurut hasil penelitian YLKI adalah produk pangan impor seperti jagung, kedelai, dan kentang olahan. “Kebanyakan kedelai transgenik datang dari Amerika yang menguasai 60 persen pasar kedelai dunia. Sedangkan kebutuhan kedelai kita 70 persennya tergantung dari impor,”.
Umumnya kedelai lokal mudah dibedakan secara fisik dengan kedelai impor hasil rekayasa genetika. Kedelai transgenik yang beredar umumnya adalah jenis roundup ready yang besar-besar dan bagus butirannya. Sedangkan kedelai lokal umunya kecil-kecil. Namun jika sudah becampur menjadi produk olahan seperti tahu, tempe dan kecap, tanpa analisis laboratoroum sulit untuk diketahui apakah produk transgenik atau tidak.
Prosedur pengamanan yang juga penting adalah pelabelan. Sampai saat ini belum ada aturan bagaimana sistem dan prosedur pelabelan untuk pangan transgenic. “Misal kalau di luar negeri, materi transgenik dibawah 1 persen tidak perlu label, tapi kalau diatas 5 persen perlu. Sampai sekarang belum ada standar untuk ini,”.
Produk transgenik yang sebagian besar impor ini bahkan saat kini telah bercampur dengan produk lokal sehingga sulit dipisahkan dan dibedakan. Lagi-lagi melanggar PP No. 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan yang mengharuskan produk transgenik diberi label sebelum diedarkan.
Apa Itu Kedelai Transgenik
Kedelai transgenik merupakan tanaman yang merupakan hasil dari proses rekayasa genetika. Sebuah proses yang dipakai dalam dunia kedokteran untuk mendapatkan bentuk-bentuk baru yang lebih bernilai dapat dengan mudah dimaksudkan, meskipun rekayasa yang dilakukan adalah rekayasa populasi (melalui seleksi).
Pada tanaman transgenik, hasil rekayasa genetika dibuat untuk beberapa tujuan yaitu : pengembangan teknik transformasi baru, studi dasar mengenai peranan atau fungsi suatu gen, dan perbaikan tanaman untuk tujuan khusus. Dengan rekayasa genetika sudah dihasilkan tanaman transgenik yang memiliki sifat baru seperti tanaman transgenik yang tahan terhadap hama, tanaman kedelai yang tahan terhadap herbisida dan tanaman transgenik yang mempunyai kualitas hasil yang tinggi.
Tanaman transgenik direkayasa pertama kali pada tahun 1980-an, yakni melalui proses mentransfer gen b–faseolin dari kacang-kacangan ke kromosom bunga matahari. Dalam rekayasa genetika untuk bibit pangan nabati telah berkembang dengan luas begitu pula produk rekayasa genetika pada hewan misalnya produksi hormon untuk meningkatan kuantitas maupun kualitas dari pangan hewani.
Dengan adanya produk-produk rekayasa genetika tersebut dapat dikatakan bahwa produk rekayasa genetika khususnya bahan pangan mengintroduksi unsur toksis, bahan-bahan asing dan berbagai sifat yang belum dapat dipastikan dan berbagai karakteristik lainnya. Oleh karena itu muncullah berbagai kekhawatiran dalam menggunakan dan mengkonsumsi bahan pangan transgenik.
Dampak Kesehatan
Ada kekhawatiran apabila manusia memakan organisme khususnya tanaman transgenik yang mengandung gen Bt-endotoxin akan mati karena keracunan. Kekhawatiran tersebut didasari oleh sifat beracun dari gen Bt terhadap serangga, karena serangga yang memakan tanaman transgeniktersebut akan mati akibat racun gen Bt.
Kekhawatiran lain dari tanaman hasil rekayasa genetik adalah sebagai penyebab alergi. Satu sampai dua persen orang dewasa dan 4 - 6% anak-anak menderita alergi akibat makanan. Beberapa komoditas yang digunakan sebagai bahan makanan diketahui dan dikenal sebagai sumber bahan penyebab alergi (allergen) seperti brazil nut, crustacean, gandum, ikan, kacang tanah, kedelai dan padi.
Jadi berbahaya atau tidak tanaman transgenik itu dikonsumsi ?
Jika produk rekayasa itu dilakukan dengan memasukkan prinsip-prinsip etika moral maka tanaman transgenik tersebut tidak berbahaya bagi konsumen. Sebagai contoh, di Indonesia pada awal tahun 2001 dihebohkan dengan kasus penyedap rasa (monosodium glutamat) yang diproduksi dengan menggunakan enzim yang diisolasi dari gen babi, yang haram hukumnya bagi mereka yang menganut agama Islam. Hal ini dapat dikategorikan sebagai kekhawatiran yang berdampak negatif mengkonsumsi bahan transgenik terhadap gangguan etis dan agama.
Dalam perkembangannya di Indonesia, sampai saat ini belum ada laporan ilmiah yang membuktikan bahwa mengkonsumsi pangan transgenik menyebabkan gangguan kesehatan. Selain reaksi alergis (hal inipun gen dan produknya telah ditarik dari persedaran) maka dapat dikatakan pada saat ini pangan transgenik belum berbahaya bagi kesehatan.
Di luar negeri telah dikeluarkan petunjuk dan rekomendasi mengenai bioteknologi dan keamanan pangan. Misalnya di Amerika Serikat keamanan pangan termasuk produk rekayasa genetika ditangani oleh suatu badan yaitu Food and Drug Administration (FDA) . Badan ini membuat pedoman keamanan pangan yang bertujuan untuk memberikan kepastian bahwa produk baru (termasuk yang berasal dari hasil rekayasa genetika) sebelum dikomersialkan produk tersebut harus aman untuk dikonsumsi dan masalah keamanan pangan harus dukendalikan dengan baik. FDA akan melakukan telaah ulang terhadap produk asal tanaman transgenik apabila terdapat pengeluhan atau pengaduan dari publik yang disertai dengan data yang bersifat ilmiah. Gen yang ditransfer pada tanaman menghasilkan tanaman transgenik oleh FDA disepadankan dengan food additive yang dievaluasi secara substansi sepadan.
Referensi:
www.google.com
www.wikipedia.com
www.mediaindonesia.com

Rabu, 07 Oktober 2009


Penanaman Teh

Pengenalan Tanaman Teh

Tanaman teh merupakan tumbuhan berdaun hijau yang termasuk dalam keluarga Camellia yang berasal dari Cina, Tibet dan India bagian Utara. Ada dua varietas utama tanaman teh. Varietas berdaun kecil, dikenal sebagai Camellia sinensis, yang tumbuh dengan baik di daerah pegunungan tinggi berhawa dingin di Cina tengah dan Jepang. Varietas berdaun lebar, dikenal sebagai Camellia assamica, yang tumbuh paling baik di daerah beriklim tropis yang lembab, di India bagian utara dan Szechuan dan propinsi Yunnan di Cina. Tanaman teh mempunyai daun berwarna hijau gelap, mengkilap, berukuran kecil, dan berbunga putih.

Bermacam-macam hasil penyilangan yang berasal dari dua spesies tersebut diatas telah dikembangkan agar sesuai dengan beberapa kondisi.

Menurut pepatah Cina kuno, ‘'teh yang unggul berasal dari pegunungan tinggi”. Dataran tinggi dan kabut di pegunungan berfungsi sebagai pelindung terhadap sinar matahari yang terlalu terik dan memberikan temperature serta kelembaban yang sesuai, sehingga dedaunan dapat tumbuh dengan lambat dan tetap lunak. Seperti halnya dengan minuman anggur, kualitas dan rasa istimewa teh dipengaruhi baik oleh lingkungan (tanah, suhu, dan ketinggian tempat) dan pembuat teh (yang menentukan kapan dan bagaimana daun teh dipetik serta pemprosesannya).

Kebanyakan tanaman teh memiliki fase pertumbuhan dan periode dorman, biasanya selama musim dingin. Daun teh dipetik pada saat tunas baru (atau “pucuk daun muda”) muncul. Pada daerah beriklim lebih panas, tanaman teh memiliki beberapa tunas dan dapat dipetik sepanjang tahun. Pada kondisi yang lebih dingin di dataran tinggi, memiliki musim panen tersendiri. Daun dari tunas yang lebih awal tumbuh, umumnya pada musim semi, mempunyai kualitas yang terbaik.

Jenis teh terdiri dari empat kelompok utama: teh hijau, teh hitam, teh oolong, dan teh putih. Semua jenis teh tersebut berasal dari tanaman yang sama. Varietas khusus dari tanaman teh dan cara pemrosesan daun teh setelah pemanenan menentukan jenis teh yang dibuat.

Keadaan Tanah Pada Penanaman Teh

Tanaman teh terutama tumbuh di daerah tropis diantara garis balik Cancer dan Capricorn, memerlukan curah hujan hingga 1000-1250 mm per tahun, dengan temperatur ideal antara 10 hingga 30 °C. Tanaman teh tumbuh pada permukaan laut hingga 2400 meter.

Kebun teh (perkebunan teh) adalah tempat dimana teh yang mempunyai potensi rasa enak dihasilkan, dengan perawatan serta perhatian untuk memastikan kondisi pertumbuhan terbaik yang mungkin dibuat. Sebagai contoh dengan penanaman pohon untuk menyediakan tempat yang teduh, atau penanaman tanaman penghalang angin, untuk mencegah kerusakan yang diakibatkan oleh angin kencang, terutama di dataran Assam .

Tanaman teh ditumbuhkan secara berbaris dengan jarak satu meter. Pohon teh harus dipangkas setiap empat atau lima tahun dengan tujuan untuk memudakan kembali dan memelihara supaya mempunyai tinggi yang tetap untuk memudahkan para pemetik teh, memetik teh. Hal ini dikenal dengan istilah “Tabel Pemetikan”.

Pohon teh mampu menghasilkan teh yang bagus selama 50 – 70 tahun, namun setelah 50 tahun hasil produksinya menurun. Pada saat tersebut pohon yang sudah tua sudah saatnya digantikan dengan pohon yang masih muda yang telah ditumbuhkan di perkebunan untuk pembiakan tanaman muda.

Hasil Dari Perkebunan Teh

Pemetikan dilakukan tergantung pada cuaca; tumbuhan baru dapat dipetik dengan interval 7 – 12 hari selama musim pertumbuhan. Pemanenan teh membutuhkan banyak tenaga dan tenaga kerja intesif (antara dua sampai tiga ribu daun teh dibutuhkan untuk memproduksi hanya satu kilo teh yang belum terproses) dan prosedur yang digunakan memerlukan keahlian khusus.

Pemetik teh, belajar mengenali dengan tepat pucuk daun mana yang harus dipetik. Hal ini penting, untuk memastikan kelunakan daun yang dipetik menghasilkan teh yang terbaik.

Setelah pemetikan, daun teh dibawa ke pabrik untuk diproses lebih lanjut. Lokasi perkebunan teh pada umumnya berdekatan dengan pabriknya.



Faktor Pendukung Kesuburan Tanaman Teh

  1. Bobot Isi Tanah

    Hasil analisis uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5% untuk selisih bobot isi tanah setelah 3 bulan sejak perlakuan menunjukkan bahwa, peningkatan bobot isi tanah oleh kelima jenis bokashi tidak berbeda nyata. Perbedaan nyata hanya terdapat antara pupuk anorganik dengan semua bokashi. Hasil percobaan menunjukkan bahwa bobot isi tanah pada tanah yang dipupuk dengan pupuk anorganik makin tinggi. Sedangkan bobot isi tanah pada tanah yang dipupuk oleh bokashi cenderung tidak berubah. Ketidakberubahan tersebut tampak dari selisih bobot isi tanah oleh bokashi kotoran sapi yang turun, yang tidak berbeda nyata dengan selisih bobot isi tanah oleh bokashi yang lain yang tampak naik.

    Peningkatan bobot isi tanah oleh pupuk anorganik diduga terjadi karena pupuk anorganik mengandung unsur-unsur hara yang tidak diperlukan oleh organisme tanah, sehingga aktivitas organisme tanah berkurang, yang menyebabkan berkurangnya zat-zat perekat butiran-butiran tanah, seperti getah dan lilin, yang berguna untuk membentuk agregat-agregat tanah. Di samping itu, curah hujan yang tinggi meningkatkan kadar air tanah, sehingga melewati batas merekat dari tanah tersebut. Menurut Hardjowigeno (2003) bila kadar air tanah lebih tinggi dari batas merekat, tanah akan mudah merekat pada benda lain. Dengan demikian agregat-agregat tanah yang asalnya lepas, menjadi lengket dan bersatu membentuk tanah yang kompak.

    b. C-Organik Tanah

    Dari hasil uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5% untuk C-organik tanah mengindikasikan bahwa, berbagai bokashi memberikan pengaruh yang berbeda. Perbedaan nyata terdapat pada bokashi kotoran sapi. Bokashi kotoran sapi memiliki nilai C-organik tanah terbesar. Walaupun nilai ini tidak berbeda nyata dengan bokashi sampah pasar, tetapi bokashi sampah pasar tidak berbeda nyata dengan hijauan, sedangkan bokashi kotoran sapi berbeda nyata dengan hijauan, karena itu bokashi terbaik dalam peningkatan C-organik tanah adalah bokashi kotoran sapi.

    Peningkatan C-organik tanah oleh bokashi, terutama oleh bokashi kotoran sapi, menunjukkan bahwa untuk mengatasi menurunnya kualitas tanah, yang diakibatkan oleh menurunnya aktivitas organisme tanah dan banyaknya pori-pori tanah, diperlukan bokashi. Peranan bokashi untuk mencegah penurunan kualitas tanah di perkebunan teh Gambung tampak nyata dari hasil percobaan ini.

    c. KTK Tanah

    Hasil analisis uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5%, selisih KTK tanah sebelum dan setelah 3 bulan perlakuan mengindikasikan bahwa dalam waktu 3 bulan tidak ada perbedaan nyata antara semua jenis bokashi dan pupuk anorganik yang digunakan terhadap peningkatan KTK tanah. Semua jenis pupuk yang digunakan berpengaruh sama terhadap peningkatan KTK tanah.

    Tidak adanya perbedaan nyata antara setiap bokashi limbah organik dalam meningkatkan KTK tanah diduga karena pH tanah yang rendah (ph H2O 5,2). Menurut Foth (1978) liat silikat membawa muatan negatif permanen yang tidak dipengaruhi oleh pH lingkungan tanah. Dengan demikian muatan pada koloid Andosols sendiri tetap, tetapi ion-ion di sekitar koloid dapat berganti-ganti jenis dan besar muatannya. Berdasarkan hal tersebut, kemungkinannya adalah pH tanah yang rendah menyebabkan koloid menjerap banyak ion-ion H+, sehingga peningkatan KTK tanah oleh koloid (bermuatan negatif) dari bokashi yang diamandemenkan dalam waktu 3 bulan, tidak berbeda nyata.

    d. Hasil Daun Teh

    Berdasarkan hasil analisis uji jarak berganda Duncan untuk produksi daun yang diakumulasikan selama 3 bulan (9 kali pemetikan), diperoleh perbedaan rata-rata yang nyata antara produksi daun dari tanaman yang dipupuk dengan pupuk anorganik dengan produksi daun dari semua tanaman teh yang dipupuk dengan bokashi. Sedangkan produksi daun pada tanaman yang dipupuk dengan bokashi, tidak terlihat adanya perbedaan yang nyata. Hasil ini menunjukkan bahwa pupuk anorganik memiliki keunggulan dalam menghasilkan daun teh daripada bokashi.

    Tidak adanya penurunan bobot isi tanah dan peningkatan KTK tanah oleh bokashi-bokashi yang digunakan dalam percobaan ini tampaknya berpengaruh terhadap produktivitas tanah dalam menunjang hasil daun teh. Dengan bobot isi tanah yang tidak menurun oleh kelima jenis bokashi dapat diduga bahwa kemampuan pori-pori tanah untuk menampung air tersedia tidak mengalami peningkatan. Sedangkan KTK tanah yang tidak naik diduga menyebabkan unsur-unsur hara dari bokashi tidak cukup terjerap oleh misel-misel tanah dan koloid-koloid humus. Kemungkinan unsur-unsur hara, yang berupa kation, lebih banyak tercuci oleh air hujan, karena pada saat percobaan ini dilakukan curah hujannya tinggi. Dengan demikian, tanaman teh tidak memperoleh unsur hara yang cukup dari bokashi, terutama nitrogen, yang diperlukan untuk meningkatkan hasil daun teh. Di sisi lain, walaupun bobot isi tanahnya meningkat, tetapi karena KTK tanahnya tidak berbeda nyata dengan yang menggunakan bokashi dan kandungan unsur hara N-nya lebih tinggi daripada bokashi, pupuk anorganik lebih mampu menghasilkan daun teh lebih tinggi daripada oleh bokashi.


Permasalahan Dalam Penanam Kebun Teh


Masalah yang menghinggapi kebun teh adalah keterbatasan biaya untuk memelihara kebun, seperti memberantas hama ataupun pemupukan. Pernah harga pucuk teh anjlok hingga Rp 300,00/kg, sehingga petani teh mengalami kerugian. Akibatnya, kebun pun dibiarkan tidak dipelihara. Padahal, pemeliharaan kebun teh sangat berpengaruh terhadap usia tanaman. Bila tidak dipelihara dengan baik, usia tanaman teh yang seharusnya lebih dari tiga puluh tahun, bisa berkurang drastis.

Keadaan tanaman teh yang tidak sesuai dengan persyaratan tumbuh, penggunaan bibit atau klon-klon yang rentan merupakan suatu predisposisi terjadinya serangan hama dan patogen pada tanaman teh di perkebunan. Hama dan patogen tanaman teh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi tanaman teh.


Kesimpulan

Perkebunan teh merupakan tumbuhan berdaun hijau yang banyak manfaatnya untuk kehidupan manusia setiap harinya. Jenis teh terdiri dari empat kelompok utama diantaranya: teh hijau, teh hitam, teh olong, dan teh putih. Tanaman teh terutama tumbuh di daerah tropis diantara garis balik Cancer dan Capricorn, memerlukan curah hujan hingga 1000-1250 mm per tahun, dengan temperatur ideal antara 10 hingga 30 °C. Tanaman teh tumbuh pada permukaan laut hingga 2400 meter. Pemetikan dilakukan tergantung pada cuaca; tumbuhan baru dapat dipetik dengan interval 7 – 12 hari selama musim pertumbuhan. Masalah yang menghinggapi kebun teh adalah keterbatasan biaya untuk memelihara kebun, seperti memberantas hama ataupun pemupukan. Oleh karena itu kita harus melestariakan sumber daya alam agar tidak tercemar.

Referensi


www.kompas.com

www.wikipedia.com

www.google.com

www.mediaindonesia.com


LINK POWERPOINT:

http://www.scribd.com/full/20787717?access_key=key-wxlb7oac0cb2bf3bcf7